A. Faktor –
faktor Perubahan & Perkembangan Organisasi
Faktor
Perubahan Organisasi
Sebuah
perubahan dan pengembangan dapatlah terjadi pada apapun dan siapapun tidak
terkecuali dengan organisasi. Tidak banyak individu atau organisasi menyukai
adanya perubahan, namun perubahan tidak dapat dihindari namun harus di hadapi.
Faktor
perubahan dapat terjadi karena 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
Faktor
internal
Adalah
segala keseluruhan faktor yang ada di dalam organisasi dimana faktor tersebut
dapat mempengaruhi organisasi dan kegiatan organisasi.
Adalah
penyebab perubahan yang berasal dari dalam organisasi yang bersangkutan, yang
dapat berasal dari berbagai sumber.
Problem yang
sering timbul berkaitan dengan hubungan sesama anggota organisasi pada umumnya
menyangkut masalah komunikasi dan kepentingan masing-masing anggota.
Proses kerja
sama yang berlangsung dalam organisasi juga kadang-kadang merupakan penyebab
dilakukannya perubahan. Problem yang timbul dapat menyangkut masalah system
kerjasamanya dan dapat pula menyangkut perlengkapan atau peralatan yang
digunakan. System kerja sama yang terlalu birokratis atau sebaliknya dapat
menyebabkan suatu organisasi menjadi tidak efisien. System birokrasi (kaku)
menyebabkan hubungan antar anggota menjadi impersional yang mengakibatkan
rendahnya semangat kerja dan pada gilirannya produktivitas menurun, demikian
sebaliknya. Perubahan yang harus dilakukan akan menyangkut struktur organisasi
yang digunakan.
Contoh
Faktor Internal :
- Perubahan kebijakan lingkungan
- Perubahan tujuan
- Perluasan wilayah operasi tujuan
- Volume kegiatan bertambah banyak
- Sikap & perilaku dari para anggota organisasi
Faktor
eskternal
Adalah
segala keseluruhan faktor yang ada di luar organisasi yang dapat mempengaruhi
organisasi dan kegiatan organisasi. Beberapa faktor tersebut anatara lain :
Politik, Hukum, Kebudayaan, Teknologi, Sumber alam, Demografi dan sebagainya.
Adalah
penyebab perubahan yang berasal dari luar atau sering disebut lingkungan.
Organisasi bersifat responsive terhadap perubahan besar tanpa adanya dorongan
yang kuat dari lingkungannya. Artinya, perubahan yang besar itu terjadi karena
lingkungan menuntut seperti itu. Beberapa penyebab perubahan organisasi yang
termasuk faktor ekstern adalah perkembangan teknologi, faktor ekonomi dan
peraturan pemerintah.
Contoh
Faktor Eksternal :
- Politik
- Hokum
- Kebudayaan
- Teknologi
- Sumber daya alam
- Demografi
- Sosiologi
Pengertian
Pengembangan
Pengembangan
organisasi yaitu suatu penyempurnaan yang terencana dalam fungsi menyuluruh
(nilai dan terstruktur) suatu organisasi. Strategi untuk merubah nilai-nilai
daripada manusia dan struktur organisasi itu adaptif dengan lingkungan.
Dalam
kenyataannya organisasi sering terjadi stagnan yang disebabkan keengganan
manusia untuk mengikuti perubahan, dimana perubahan di anggap bisa menyebabkan
dis equilibrium. Hal ini mengakibatkan patologi dalam organisasi sehingga perlu
dilakukan evaluasi, adaptasi, kaderisasi dan inovasi. Oleh karena itu
pengembangan organisasi itu harus dilakukan.
Faktor-faktor
yang menyebabkan pengembangan komunikasi :
1.
Kekuatan eskternal
- Kompetisi yang semakin tajam dalam organisasi
- Perkembangan IPTEK
- Perubahan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial yang membuat organisasi berfikir bagaimana mendapatkan sumber diluar organisasi untuk masa depan organisasi.
2.
Kekuatan internal
- Struktur
- System dan prosedur
- Perlengkapan dan fasilitas
- Proses dan saran apabila tidak cocok akan membuat organisasi melalui perbaikan
- Perubahan organisasi dilakukan untuk mencocokkan dengan kebutuhan yang ada
B. Ciri-ciri
Perkembangan Organisasi
Pengembangan
organisasi yang efektif memiliki ciri – ciri sebagai berikut :
- Merupakan strategi terencana dalam mewujudkan perubahan organisasional, yang memiliki sasaran jelas berdasarkan diagnose yang tepat tentang permasalahan yang dihadapi oleg organisasi.
- Merupakan kolaborasi antara berbagai pihak yang akan terkena dampak perubahan yang akan terjadi.
- Menekankan cara – cara baru yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja seluruh organisasi dan semua satuan kerja dalam organisasi.
- Mengandung nilai humanistik dimana pengembangan potensi manusia menjadi bagian terpenting.
- Menggunakan pendekatan komitmen sehingga selalu memperhitungkan pentingnya interaksi, interaksi dan interdependensi antara berbagai satuan kerja sebagai bagian integral di suasana yang utuh.
- Menggunakan pendekatan ilmiah dalam upaya meningkatkan efektivitas organisasi.
C. Metode
Perkembangan Organisasi
Dalam kegiatan pengembangan organisasi terdapat berbagai macam metode yang pada dasarnya dikelompokan dalam 2 macam, yaitu metode pengembangan perilaku, dan metode pengembangan keterampilan dan sikap.
Dalam kegiatan pengembangan organisasi terdapat berbagai macam metode yang pada dasarnya dikelompokan dalam 2 macam, yaitu metode pengembangan perilaku, dan metode pengembangan keterampilan dan sikap.
1. Metode
Pengembangan Perilaku
Metode pengembangan perilaku atau Behavioral Development Methode merupakan metode yang berusaha menyelidiki secara mendalam tentang proses perilaku kelompok dan individu. Hal itu dapat dilakukan dengan mempergunakan berbagai cara. Dengan kata lain, metode pengembangan perilaku dapat dibedakan menjadi berberapa macam. Dalam buku ini hanya disebutkan 4 macam yaitu, jaringan manajerial, latihan kepekaan, pembentukan tim, dan umpan balik survai.
Jaringan manajerial : Jaringan manajerial atau kisi manajerial disebut juga latihan jaringan adalah suatu metode pengembangan organisasi yang didasarkan jaringan material. Teori ini dipelopori oleh Robert Blake dan Jane Mouton. Menurut mereka, gaya kepemimpinan akan menjadi sangat efektif apabila perhatian pimpinan terhadap produksi dan orang dalam keadaan seimbang. Dalam hal demikian pimpinan menunjukkan perhatian tinggi baik terhadap produksi maupun terhadap orang.
Latihan Kepekaan : merupakan latihan dalam kelompok. Oleh karena itu metode ini dinamakan pula metode T-group. dalam metode ini yang dimaksud dengan kepekaan adalah kepekaan terhadap diri sendiri dan terhadap hubungan diri sendiri dengan orang lain. Metode ini berlandaskan pada anggapan bahwa kesulitan untuk berprestasi disebabkan oleh adanya persoalan emosional dari kelompok orang-orang yang harus mencapi tujuan.
Pembentukan Tim : Merupakan salah satu metode pengembangan organisasi dengan mengembangkan perilaku kelompok melalui suatu teknik intervensi yang disebut pembentukan tim. Tujuan dari pada pengembangan perilaku kelompok ialah untuk melakukan pekerjaan secara efektif dengan membentuk tim.
Umpan Balik Survai : adalah suatu metode yang berusaha mengumpulkan data-data dari para anggota organisasi. Data itu meliputi data-data yang berhubungan dengan tingkah laku, sikap, seta berbagai perasaan lain yang ada pada diri setiap anggota organisasi.
Metode pengembangan perilaku atau Behavioral Development Methode merupakan metode yang berusaha menyelidiki secara mendalam tentang proses perilaku kelompok dan individu. Hal itu dapat dilakukan dengan mempergunakan berbagai cara. Dengan kata lain, metode pengembangan perilaku dapat dibedakan menjadi berberapa macam. Dalam buku ini hanya disebutkan 4 macam yaitu, jaringan manajerial, latihan kepekaan, pembentukan tim, dan umpan balik survai.
Jaringan manajerial : Jaringan manajerial atau kisi manajerial disebut juga latihan jaringan adalah suatu metode pengembangan organisasi yang didasarkan jaringan material. Teori ini dipelopori oleh Robert Blake dan Jane Mouton. Menurut mereka, gaya kepemimpinan akan menjadi sangat efektif apabila perhatian pimpinan terhadap produksi dan orang dalam keadaan seimbang. Dalam hal demikian pimpinan menunjukkan perhatian tinggi baik terhadap produksi maupun terhadap orang.
Latihan Kepekaan : merupakan latihan dalam kelompok. Oleh karena itu metode ini dinamakan pula metode T-group. dalam metode ini yang dimaksud dengan kepekaan adalah kepekaan terhadap diri sendiri dan terhadap hubungan diri sendiri dengan orang lain. Metode ini berlandaskan pada anggapan bahwa kesulitan untuk berprestasi disebabkan oleh adanya persoalan emosional dari kelompok orang-orang yang harus mencapi tujuan.
Pembentukan Tim : Merupakan salah satu metode pengembangan organisasi dengan mengembangkan perilaku kelompok melalui suatu teknik intervensi yang disebut pembentukan tim. Tujuan dari pada pengembangan perilaku kelompok ialah untuk melakukan pekerjaan secara efektif dengan membentuk tim.
Umpan Balik Survai : adalah suatu metode yang berusaha mengumpulkan data-data dari para anggota organisasi. Data itu meliputi data-data yang berhubungan dengan tingkah laku, sikap, seta berbagai perasaan lain yang ada pada diri setiap anggota organisasi.
2. Metode
Pengembangan Keterampilan dan Sikap
Metode ini merupakan suatu program latihan yang dilaksanakan secara terus-menerus dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap para anggota organisasi. Oleh karena itu yang dimaksud dengan latihan atau training adalah suatu proses pengembangan kecakapan, pengetahuan, keterampilan, keahlian, dan sikap tingkah laku dari para anggota organisasi. Program latihan dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya ialah latihan di tempat kerja, latihan instruksi kerja, latihan di luar tempat pekerjaan, dan latihan di tempat kerja tiruan.
Latihan di tempat kerja : Latihan kerja di tempat kerja yang sebenarnya. Latihan ini melatih anggota organisasi untuk menjalankan pekerjaan-pekerjaan dengan lebih efisien. Keuntungan yang diperoleh dalam latihan di tempat kerja ini antara lain, sangat ekonomis karena para peserta tetap produktif selama mereka mengikuti dan menjalankan latihan, selain itu prestasi anggota organisasi tidak akan berkurang atau hilang, hal ini sangat berbeda apabila dibanding dengan latihan yang diadakan diluar tempat kerja. Latihan yang di luar tempat kerja akan mengakibatkan sebagian prestasi hilang apabila peserta latihan kembali ke tempat kerjanya masing-masing.
Latihan instruksi kerja : Terdiri dari 3 macam yaitu Job Instruction Training (latihan mengenai proses pemberian instruksi-instruksi kerja. Para peserta latihan mula-mula diperkenalkan dengan pekerjaan, dan kepada mereka diberikan berbagai instruksi dan demonstrasi secara bertahap mengenai fungsi pekerjaan.) Job Methode Training (Latihan yang berhubungan dengan penyederhanaan kerja) Job Relation Training (Latihan yang berhubungan dengan faktor manusian di dalam pekerjaannya setiap hari)
Latihan di luar tempat kerja : merupakan latihan yang diadakan di luar tempat kerja. Salah satu keuntungan dari latihan ini adalah adanya motivasi dari para peserta latihan untuk lebih memahami materi/bahan pelajaran mengingat mereka tidak dibebani dengan pekerjaan selama mereka mengikuti latihan.
Latihan di tempat kerja tiruan : adalah latihan yang diberikan pada tempat kerja tiruan. Latihan ini umumnya diberikan kepada mereka yang bekerja di tempat-tempat kerja yang membawa risiko cukup besar. Dengan latihan ini diharapkan para peserta lebih banyak menguasai tentang teknik-teknik kerja yang baik.
Metode ini merupakan suatu program latihan yang dilaksanakan secara terus-menerus dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap para anggota organisasi. Oleh karena itu yang dimaksud dengan latihan atau training adalah suatu proses pengembangan kecakapan, pengetahuan, keterampilan, keahlian, dan sikap tingkah laku dari para anggota organisasi. Program latihan dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya ialah latihan di tempat kerja, latihan instruksi kerja, latihan di luar tempat pekerjaan, dan latihan di tempat kerja tiruan.
Latihan di tempat kerja : Latihan kerja di tempat kerja yang sebenarnya. Latihan ini melatih anggota organisasi untuk menjalankan pekerjaan-pekerjaan dengan lebih efisien. Keuntungan yang diperoleh dalam latihan di tempat kerja ini antara lain, sangat ekonomis karena para peserta tetap produktif selama mereka mengikuti dan menjalankan latihan, selain itu prestasi anggota organisasi tidak akan berkurang atau hilang, hal ini sangat berbeda apabila dibanding dengan latihan yang diadakan diluar tempat kerja. Latihan yang di luar tempat kerja akan mengakibatkan sebagian prestasi hilang apabila peserta latihan kembali ke tempat kerjanya masing-masing.
Latihan instruksi kerja : Terdiri dari 3 macam yaitu Job Instruction Training (latihan mengenai proses pemberian instruksi-instruksi kerja. Para peserta latihan mula-mula diperkenalkan dengan pekerjaan, dan kepada mereka diberikan berbagai instruksi dan demonstrasi secara bertahap mengenai fungsi pekerjaan.) Job Methode Training (Latihan yang berhubungan dengan penyederhanaan kerja) Job Relation Training (Latihan yang berhubungan dengan faktor manusian di dalam pekerjaannya setiap hari)
Latihan di luar tempat kerja : merupakan latihan yang diadakan di luar tempat kerja. Salah satu keuntungan dari latihan ini adalah adanya motivasi dari para peserta latihan untuk lebih memahami materi/bahan pelajaran mengingat mereka tidak dibebani dengan pekerjaan selama mereka mengikuti latihan.
Latihan di tempat kerja tiruan : adalah latihan yang diberikan pada tempat kerja tiruan. Latihan ini umumnya diberikan kepada mereka yang bekerja di tempat-tempat kerja yang membawa risiko cukup besar. Dengan latihan ini diharapkan para peserta lebih banyak menguasai tentang teknik-teknik kerja yang baik.
KEKUATAN-KEKUATAN PENYEBAB PERUBAHAN
A. Kekuatan-kekuatan
eksternal
Perubahan
organisasi terjadi karena adanya perubahan-perubahan dalam berbagai variable
eksternal seperti system politik, ekonomi, teknologi, pasar, dan nilai-nilai.
Kenaikan biaya dan kelangkaan berbagai SDA, keamanan karyawan dan
peraturan-peraturan anti polusi, boikot pelanggan adalah beberapa contoh
factor-faktor lingkungan yang merubah kehidupan orang baik sebagai karyawan
maupun langgganan dalam tahun-tahun terakhir. Berbagai kekuatan eksternal dari
kemajuan teknologi sampai kegiatan-kegiatan persaingan dan perubahan pola
kehidupan, dapat menekan organisasi untuk mengubah tujuan, struktur dan metode
operasinya.
Kekuatan-kekuatan perubahan
eksternal, meliputi :
1.
Kebudayaan
2.
Pendidikan
3.
Sosial
4.
Politik
5.
Ekonomi
6.
Teknologi
B. Kekuatan-kekuatan internal
Kekuatan-kekuatan pengubah internal merupakan hasil
dari factor-faktor seperti tujuan, strategi, kebijaksanaan manajerial dan
teknologi baru serta sikap dan perilaku para karyawan. Sikap dan ketidak puasan
karyawan seperti ditunjukkan dalam tingkat perputaran atau pemogokan, dapat
menyebabkan berbagai perubahan dalam kebijaksanaan dan praktek manajemen.
Kekuatan-kekuatan perubahan
internal, meliputi :
1.
Kegiatan-kegiatan karyawan
2.
Tujuan organisasi
3.
Strategi dan kebijaksanaa
4.
Teknologi
CARA PENANGANAN PERUBAHAN
Cara menangani perubahan organisasi memerlukan pendekatan. Cara pertama adalah konsep perubahan reaktif dan yang ke dua program perubahan yang di rencanakan (planed change). Pada cara pertama biayanya murah dan sederhana serta di tangani secara cepat, di mana manajer akan memberikan reaksi setelah masalah terjadi., misalkan bila peraturan pemerintah baru mensyarankan perusahaan untuk mempunyai perlindungan terhadap kebakaran , mungkin manajer membeli alat-alat kebakaran.
Pendekatan kedua atau juga di sebut proses produktif. Thomas dan bennis mendefinisikan perubahan yang direncanakan sebagai perencangan dan impementasi inovasi struktur , kebijaksanaan atau tujuan baru.atau suatu perubahan dalam filsafat ,iklim dan gaya pengoperasian yang secara sengaja .
Penolakan terhadap perubahan
Bila perubahan terjadi , para manajer dan keryawan berreaksi baik secara positif maupun negatif. Bila terjadi perubahan manajer dan keryawan cenderung mendukung perubahan bila di arahkan pada penyebab nyata suatu masalah merekah tidak di rugikan .
Penanggulangan penolakan terhadap perubahan
- pendidikan dan komunikasi
salah satu cara untuk menanggulangi penolakan perubahan adalah sedini mungkin menginformasikan perubahan – perubahan yang telah di rencanakan dengan alasan yang logis
- partiosipasi dan keterlibatan
penolakan ini dapat di kurangi atau di hilangkan bila mereka ynag potensial di libatkan dalam perancangan dan implementasi perubahan
- kemudahan dan dukungan
cara lainnya adalah manajer memberikan kemudahan dan dukungan kepada merekah yang terlibat dalam peruses perubahan.
-negoisasi dan persetujuan
contohnya persetujuan serikat , memberikan kenaikkan pasangon pension karyawan sebagai pertukaran dengan pengentian kerja yang lebuh dini .
-manipulasi dan bekerjasama
di lakukan dengan memanipulasi kejadian-kejadian yang ada melalui pemberitaan informasi secara selektif atau urutan kejadian dengan sengaja
-pelaksanaan implicit dan eksplisit
di lakukan dengan ancaman di PHK, penundaan peromosi dan lain sebagainnya , bisa juga dengan memindahkan ke ladang yang kering.
Peruses pengolahan perubahan
PERUBAHAN
SOSIAL SEBAGAI DAMPAK GLOBALISASI
Proses
globalisasi telah menimbulkan berbagai problematika baru, antara lain sebagai
berikut:
1. Pluralitas
masyarakat Indonesia tidak hanya dalam bentuk budaya, tetapi juga
dimensi sosial, politik, dan ekonomi masyarakat, sehingga globalisasi membawa
dampak yang sangat kompleks.
2. Salah satu dampak globalisasi informasi bagi bangsa
Indonesia yaitu dimulai dari timbulnya krisis moneter yang kemudian berkembang menjadi krisis
multidimensi. Dalam waktu singkat
Indonesia mengalami keterpurukan, munculnya anarkisme, isu SARA, dan tindakan
sparatisme.
3. Kemajuan teknologi informasi telah menjadikan jarak
spasial semakin dekat dan jarak waktu
semakin memendek. Akibatnya bagi negara Indonesia yang berorientasi kepada negara maju, dalam waktu singkat dapat
beradaptasi terutama dibidang teknologi,
ekonomi, sosial dan budaya. Akhirnya tidak menutup kemungkinan munculnya kehidupan
sosial budaya dalam kondisi persaingan yang snagat tajam, rasa solidaritas
semakin menurun, manusia solah tidak begitu peduli lagi dengan kehidupan orang
lain.
4. Namun di sisi lain, dampak perubahan sosial telah
membawa perubahan yang positif, antara lain; perkembangan IPTEK yang akan
meningkatkan kualitas kerja manusia dan
terciptanya lapangan pekerjaan yang baru yang nantinya akan mengurangi jumlah
pengangguran.
CARA
MENGATASI PERUBAHAN SOSIAL
Akibat dari
perubahan sosial salah satunya adalah memudarnya jati diri bangsa. Jati diri ( human
character) adalah suatu sifat, watak, rasa, akal, kehendak, semangat, roh
kesadaran dan kekuatan yang terdapat dalam jiwa manusia sebagai hasil dari
proses belajar tentang nilai-nilai budaya yang luas dan yang muncul dalam
perilaku tindakan.
Terdapat
jati diri yang bersifat individual, dan juga yang bersifat kolektif (bangsa dan
negara). Jati diri bangsa Indonesia tentunya berbeda dengan jati diri manusia,
bangsa dan negara lain di dunia. Jati
diri dapat mengkristal menjadi suatu kesadaran dan kekuatan yang dapat mempengaruhi dan menentukan
tindakan atau perilaku, baik individual mapun kelompok.
Cara-cara
untuk mengatasi memudarnya jati diri bangsa adalah sebagai berikut:
Jati harus
berbasis kepada budaya dan kepribadian bangsa
Jati diri
yang telah tersusun harus berbasis kepada budaya dan kepribadian bangsa
Indonesia, antara lain; 1) religius, 2) humanis, 3) naturalis, 4) terbuka, 5)
demokratis, 6) integrasi dan harmoni, 7) nasionalisme dan patriotisme, 8)
berkomitmen terhadap kebenaran, 9) jujur dan adil, 10) profesional, 11)
ber-IPTEK, 12) mandiri, 13) etis dan moralis, 14) kepatuhan kepada hukum, 15)
berjiwa kemasyarakatan, 16) berjiwa kultural, 17) berjiwa seni dan estetika.
Hal yang
sangat memprihatinkan rakyat Indonesia dewasa ini adalah munculnya kehidupan yang bersifat paradoks dan
menjadi bagian dari krisis bangsa yang multidimensial.
Kondisi yang
paradoks itu antara lain berupa masuknya budaya sekuler kedalam kehidupan
bangsa Indonesia yang religius dan spiritualis sehingga muncul gaya hidup
modern yang materialistik, individualistik, liberalis, hedonis dan vulgar.
Sifat rakyat
Indonesia yang sangat menghargai kejujuran, keikhlasan dan kemuliaan manusia,
namun yang terjadi banyak orang yang memiliki karakter hipokrit atau
munafik. Sifat ramah, terbuka, moderat dan bersahabat, namun yang terjadi
sekarang adanya gerakan sosial radikal
yang menggunakan kekerasan, sehingga Indonesia disebut negara sarang
teroris.
Untuk
mengatasi kondisi sosial yang paradoks tersebut, maka rakyat Indonesia harus
membudayakan dan mensosialisasikan jati
diri bangsa seperti telah disebutkan sebelumnya.
PENOLAKAN TERHADAP PERUBAHAN
Bila
perubahan terjadi , para manajer dan keryawan berreaksi baik secara positif
maupun negatif. Bila terjadi perubahan manajer dan keryawan cenderung mendukung
perubahan bila di arahkan pada penyebab nyata suatu masalah merekah tidak di
rugikan .
Penanggulangan penolakan terhadap perubahan
- pendidikan dan komunikasi
salah satu cara untuk menanggulangi penolakan perubahan adalah sedini mungkin menginformasikan perubahan – perubahan yang telah di rencanakan dengan alasan yang logis
- partiosipasi dan keterlibatan
penolakan ini dapat di kurangi atau di hilangkan bila mereka ynag potensial di libatkan dalam perancangan dan implementasi perubahan
- kemudahan dan dukungan
cara lainnya adalah manajer memberikan kemudahan dan dukungan kepada merekah yang terlibat dalam peruses perubahan.
-negoisasi dan persetujuan
contohnya persetujuan serikat , memberikan kenaikkan pasangon pension karyawan sebagai pertukaran dengan pengentian kerja yang lebuh dini .
-manipulasi dan bekerjasama
di lakukan dengan memanipulasi kejadian-kejadian yang ada melalui pemberitaan informasi secara selektif atau urutan kejadian dengan sengaja
-pelaksanaan implicit dan eksplisit
di lakukan dengan ancaman di PHK, penundaan peromosi dan lain sebagainnya , bisa juga dengan memindahkan ke ladang yang kering.
Peruses pengolahan perubahan
Penanggulangan penolakan terhadap perubahan
- pendidikan dan komunikasi
salah satu cara untuk menanggulangi penolakan perubahan adalah sedini mungkin menginformasikan perubahan – perubahan yang telah di rencanakan dengan alasan yang logis
- partiosipasi dan keterlibatan
penolakan ini dapat di kurangi atau di hilangkan bila mereka ynag potensial di libatkan dalam perancangan dan implementasi perubahan
- kemudahan dan dukungan
cara lainnya adalah manajer memberikan kemudahan dan dukungan kepada merekah yang terlibat dalam peruses perubahan.
-negoisasi dan persetujuan
contohnya persetujuan serikat , memberikan kenaikkan pasangon pension karyawan sebagai pertukaran dengan pengentian kerja yang lebuh dini .
-manipulasi dan bekerjasama
di lakukan dengan memanipulasi kejadian-kejadian yang ada melalui pemberitaan informasi secara selektif atau urutan kejadian dengan sengaja
-pelaksanaan implicit dan eksplisit
di lakukan dengan ancaman di PHK, penundaan peromosi dan lain sebagainnya , bisa juga dengan memindahkan ke ladang yang kering.
Peruses pengolahan perubahan
Proses
pengelolaan perubahan harus mencakup dua gagasan dasar untuk mencapai
efektifitas organisasi. Pertama ada retribusi kekuasaan dalam struktur
organisasi, kedua retribusi ini dihasilkan dari proses perubahan yang bersifat
pengembangan.
Tahap-tahap
Proses Perubahan
1. Tekanan dan desakan
Proses ini dimulai
ketika manajemen puncak mulai merasa adanya kebutuhan atau tekanan akan
perubahan. Misalnya adanya perubahan penjualan, penurunan produktivitas dan
sebagainya.
2. Intervensi dan Reorientasi
Digunakan
untuk merumuskan masalah dan dimulai proses dengan membuat para anggota
organisasi memusatkan perhatiannya pada masalah tersebut. Pihak-pihak luar
sering digunakan, juga staff internal yang mempunyai dan dipandang ahli serta
dapat dipercaya sebagai konsultan atau pengantar perubahan.
3. Diagnosa dan pengenalan masalah
Informasi
dikumpulkan dan dianalisa mana yang penting dan tidak penting.
4. Penemuan dan pengenalan masalah
Pengantar
perubahan mencoba menyelesaikan masalah-masalah yang diketemukan dan masuk akal
dengan menghindari “metode-metode lama yang sama”. Bawahan didorong dan diajak
untuk berpartisipasi, sehingga mereka lebih terikat pada serangkaian kegiatan.
5. Percobaan dan hasil
Pada tahap
keempat diuji dalam program-program yang berskala kecil dan hasilnya dianalisa.
6. Pungutan dan penerimaan
Setelah
diuji dan sesuai dengan keinginan, harus diterima secara sukarela dan harus
menjadi sumber penguatan dan menimbulkan keterikatan pada perubahan.
Peoses Pengelolaan Perubahan
Proses perubahan harus mencakup dua gagasan dasar untuk mencapai kualifikasi organisasi. Pertama ada retribusi kekuasaan dalam struktur organisasi, kedua retribusi ini dihasilkan dari proses perubahan yang bersifat pengembangan.
Proses perubahan harus mencakup dua gagasan dasar untuk mencapai kualifikasi organisasi. Pertama ada retribusi kekuasaan dalam struktur organisasi, kedua retribusi ini dihasilkan dari proses perubahan yang bersifat pengembangan.
Pendekatan perubahan Organisasi
Menurut Harolod J. Leavitt menyatakan bahwa Organisasi dapat diubah melalui pengubahan struktur , teknologi dan atau orang-orangnya.
1. PENDEKATAN STRUKTUR :
pengubahan struktur orgaisasi
menyangkut modifikasi dan pengaturan sistem
internal, seperti acuan kerja, ukuran, dan komposisi kelompok kerja,
sistem komunikasi, hubungan-hubungan tangggung jawab atau wewenang. Pendekatan struktural
dibagi menjadi tiga kelompok yang terdiri dari :
A. Aplikasi prinsip-prinsip
perancangan Organisasi klasik ;
Para teoritis klasik berusaha
untuk memperbaiki prestasi organisasi melalui perumusan secara jelas dan
hati-hati tanggung jawab jabatan para anggota organisasi. Mereka menekankan
pentingnya penciptaan pembagian kerja dan garis wewenang yang tepat. Pada saat
sekarang, banyak manajer masih dapat memperbaiki prestasi organisasi mereka
dengan pengubahan rentang manajemen, deskripsi jabatan, bidang-bidang tanggung
jawab, hubung –hubungan pelaporan, dan sebagiannya.
B. Desentralisasi
Pendekatan ini berusaha menciptakan
satuan –satuan organisasi yang lebih kecil dan dapat berdiri sendiri dan
memusatkan perhatian pada kegiatan yang berorientasi tinggi.
C. Aliran Kerja
Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa aliran kerja dan
pengelompokan keahlian yang tepat akan berakibat kenaikan produktifitas secara
langsung dan cendeung memperbaiki semangat kepuasan kerja.
2. PENDEKATAN TAKNOLOGI
Untuk
memperbaiki prestasi organisasi F.W.Taylor dan pengikutnya mencoba menganalisa
dan memperbaiki interaksi-interaksi pada karyawn dan mesein-mesin untuk
meningkatkan efisiensi sehubungan dengan perubahan teknologi adakalanya
perubahan yang dilakukan ternyata sering tidak cocok dengan struktur
organisasi. Hal ini dapat menciptakan ketidak senangan dan pemuusan hubungan diantara
para anggota organisasi akibatnya terjadi penurunan produktivitas labih banyak
kecelakaan dan tingkat perputaran karyawan yang tinggi.
Penggabungan
pendekatan struktural dan pendekatan tekhnologi (teknostruktural) bermaksud
memperbaiki prestasi melalui perubahan berbagai aspek, baik struktur organisasi
maupun teknologuinya, contohnya pengenalan teknologi baru yang diikuti
pengorganisasian kembali bagiab-bagian menjadi kelompok-kelompok lebih kecil.
Contoh-contoh
pendekatan perubahan teknonsrtuktural lain adalah perluasan jabatan dan
pengembangan jabatan. Dengan program ini, tugas-tugas yang membuat suatu
jabatan, cara-cara berbagai tugas dilaksanakan, dan hubungan-hubungan karyawan
diubah untuk memperbaiki kepuasan karyawan dan barang kali meningkatkan
produktivitas. Dalam pengembangan jabatan, berbagai kegiatan dari suatu bagian
vertikal organisasi digabungkan menjadi satu jabatan untuk membuatnya lebih
menantang.
3. PENDEKATAN ORANG
Pendekatan
orang bermaksud untuk mengubah secara langsung perilaku karyawan melalui
pemutusan pada ketrampilan sikap, persepsi dan pengharapan mereka, sehingga
dapat melaksanakan tugas dengan lebih efektif. Ketrampilan dan sikap baru ini
juga dapat mendorong para karyawan untuk memprakarsai perubahan dalam struktur
dalam teknologi organisasi, yang mengarah pada perbaikan prestasi organisasi.
Usaha-usaha
untuk merubah perilaku dan sikap orang dapat diarahkan kepada perseorangan,
kelompok atau organisasi sebagai keseluruhan. Teknik yang sering digunakan
adalah pengembangan organisasi.
KONSEP PENGEMBANGAN ORGANISASI
A. Pengembangan Organisasi1. Pengertian
Pengembangan organisasi adalah suatu perspektif tentang perubahan sosial yang direncanakan dan yang dibina. Hal ini menyangkut inovasi yang menyiratkan perubahan kualitatif dalam norma, pola perilaku dalam hubungan perorangan dan hubungan kelompok dalam persepsi tujuan maupun metode. Pengembangan organisasi dapat dirumuskan sebagai perencanaan, penataan dan bimbingan dari organisasi baru atau yang disusun kembali; (a) yang mewujudkan perubahan dalam nilai-nilai, teknologi fisik dan atau sosial, (b). Menetapkan, mengembangkan dan melindungi hubungan-hubungan normatif dan pola-pola tindakan yang baru, dan (c). Memperoleh dukungan dan kelengkapan dalam lingkungan tersebut.
Secara ringkas pengembangan organisasi mencakup juga penyusunan kembali struktur organisasi, dan berkaitan dengan keseluruhan faktor yang mempengaruhi tugas dan fungsi seluruh organisasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan organisasi atau mempengaruhi desain organisasi adalah faktor lingkungan eskternal dan internal organisasi.
Dengan demikian struktur organisasi baru dibentuk karena dipengaruhi oleh faktor internal dan external dimana organisasi eksis. Organisasi tidak berada dalam ruang isolasi. Organisasi harus menetapkan dan memelihara suatu jaringan untuk tetap hidup dan berfungsi. Organisasi harus memelihara suatu jaringan hubungan pertukaran dengan sejumlah organisasi lain dimana organisai itu eksis dan melibatkan diri dalam transaksi-transaksi dengan maksud memperoleh dukungan, mengatasi perlawanan, pertukaran sumber daya, penataan lingkungan dan memindahkan sistem norma dan nilai. Yang sangat penting adalah strategi dan taktik/kiat, dimana kepemimpinan menyesuaikan diri atau melakukan adaptasi dalam lingkungan tersebut. Oleh karena itu suatu organisasi akan memiliki lima unsur yang mesti ada, yaitu:
- Kepemimpinan menunjuk pada kelompok orang yang secara aktif berkecimpung dalam merumuskan doktrin dan program dan yang mengarahkan pelaksanaan dan interaksinya dengan lingkungan. Unsur ini merupakan unsur yang paling kritis dalam pengembangan organisasi karena proses perubahan yang dilakukan dengan sengaja itu memerlukan manajamen yang intensif,
- Doktrin sebagai spesifikasi dari nilai-nilai, tujuan, dan metode operasional yang mendasari tindakan. Doktrin dipandang sebagai sederetan kebijakan yang memproyeksikan baik internal organisasi itu sendiri maupun eksternal dari seperangkat citra dan harapan harapan mengenai tujuan organisasi dan gaya-gaya tindakan,
- Program menunjuk kepada tindakan-tindakan tertentu yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi dan jasa yang merupakan keluaran dari organisasi tersebut. Program merupakan terjemahan dari kebijakan kedalam pola tindakan yang nyata dan alokasi energi dan sumber daya lainnya baik internal maupun lingkungan eksternal,
- Sumber daya adalah masukan: keuangan, fisik, manusia, teknologi dan informasi. Pengerahan dan penyediaan sumber daya secara mantap dan dapat diandalkan mempengaruhi tiap segi kegiatan organisasi.
- Struktur intern menunjuk kepada struktur dan proses-proses yang diadakan untuk bekerjanya organisasi dan pemeliharaannya.
Pengembangan organisasi pada dasarnya merupakan perubahan terencana, dimana dalam perubahan tersebut terdapat fase-fase perubahan yang dimulai dengan:
- Menumbuhkan kebutuhan untuk perubahan pada kelompok sasaran
- Melahirkan hubungan perubahan antara kelompok sasaran dan pelaku perubahan,
- Menganalisis persoalan pada kelompok sasaran yang dilakukan bersama antara pelaku perubahan dan kelompok sasaran,
- Menetapkan tujuan perubahan pada kelompok sasaran,
- Melaksanakan rencana tindakan pada kelompok sasaran,
- Menstabilkan perubahan dan mencegah ketidakberlanjutan,
- Mengakhiri hubungan antara pelaku perubahan dengan harapan kelompok sasaran dapat mengembangkan diri.
2.1
Pengertian Manajemen Konflik
Manajemen
konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar
dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang
berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk
tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi
kepentingan (interests) dan interpretasi. Bagi pihak luar (di luar yang
berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya adalah informasi yang
akurat tentang situasi konflik. Hal ini karena komunikasi efektif di antara
pelaku dapat terjadi jika ada kepercayaan terhadap pihak ketiga.
Menurut Ross
(1993) bahwa manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para
pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil
tertentu yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa
penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan,
hal positif, kreatif, bermufakat, atau agresif. Manajemen konflik dapat
melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam memecahkan masalah (dengan
atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan keputusan oleh pihak ketiga.
Suatu pendekatan yang berorientasi pada proses manajemen konflik menunjuk pada
pola komunikasi (termasuk perilaku) para pelaku dan bagaimana mereka
mempengaruhi kepentingan dan penafsiran terhadap konflik.
Fisher dkk
(2001:7) menggunakan istilah transformasi konflik secara lebih umum dalam
menggambarkan situasi secara keseluruhan.
- Pencegahan Konflik, bertujuan untuk mencegah timbulnya konflik yang keras.
- Penyelesaian Konflik, bertujuan untuk mengakhiri perilaku kekerasan melalui persetujuan damai.
- Pengelolaan Konflik, bertujuan untuk membatasi dan menghindari kekerasan dengan mendorong perubahan perilaku positif bagi pihak-pihak yang terlibat.
- Resolusi Konflik, menangani sebab-sebab konflik dan berusaha membangun hubungan baru dan yang bisa tahan lama diantara kelompok-kelompok yang bermusuhan.
- Transformasi Konflik, mengatasi sumber-sumber konflik sosial dan politik yang lebih luas dan berusaha mengubah kekuatan negatif dari peperangan menjadi kekuatan sosial dan politik yang positif.
Tahapan-tahapan
diatas merupakan satu kesatuan yang harus dilakukan dalam mengelola konflik.
Sehingga masing-masing tahap akan melibatkan tahap sebelumnya misalnya
pengelolaan konflik akan mencakup pencegahan dan penyelesaian konflik.
Sementara
Minnery (1980:220) menyatakan bahwa manajemen konflik merupakan proses, sama
halnya dengan perencanaan kota merupakan proses. Minnery (1980:220) juga
berpendapat bahwa proses manajemen konflik perencanaan kota merupakan bagian
yang rasional dan bersifat iteratif, artinya bahwa pendekatan model manajemen
konflik perencanaan kota secara terus menerus mengalami penyempurnaan sampai
mencapai model yang representatif dan ideal. Sama halnya dengan proses
manajemen konflik yang telah dijelaskan diatas, bahwa manajemen konflik
perencanaan kota meliputi beberapa langkah yaitu: penerimaan terhadap
keberadaan konflik (dihindari atau ditekan/didiamkan), klarifikasi
karakteristik dan struktur konflik, evaluasi konflik (jika bermanfaat maka
dilanjutkan dengan proses selanjutnya), menentukan aksi yang dipersyaratkan
untuk mengelola konflik, serta menentukan peran perencana sebagai partisipan
atau pihak ketiga dalam mengelola konflik. Keseluruhan proses tersebut
berlangsung dalam konteks perencanaan kota dan melibatkan perencana sebagai
aktor yang mengelola konflik baik sebagai partisipan atau pihak ketiga.
2.2
Teori-teori Konflik
Teori-teori
utama mengenai sebab-sebab konflik adalah :
a. Teori
hubungan masyarakat
Menganggap
bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi, ketidakpercayaan
dan permusuhan di antara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat.
Sasaran : meningkatkan komunikasi dan
saling pengertian antara kelompok yang mengalami konflik, serta mengusahakan
toleransi dan agar masyarakat lebih bisa saling menerima keragaman yang ada
didalamnya.
b. Teori
kebutuhan manusia
Menganggap
bahwa konflik yang berakar disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia (fisik,
mental dan sosial) yang tidak terpenuhi atau dihalangi. Hal yang sering menjadi
inti pembicaraan adalah keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi, dan
otonomi.
Sasaran : mengidentifikasi dan mengupayakan
bersama kebutuhan mereka yang tidak terpenuhi, serta menghasilkan
pilihan-pilihan untuk memenuhi kebutuhan itu.
c. Teori
negosiasi prinsip
Menganggap
bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras dan perbedaan
pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang mengalami konflik.
Sasaran : membantu pihak yang berkonflik
untuk memisahkan perasaan pribadi dengan berbagai masalah dan isu dan
memampukan mereka untuk melakukan negosiasi berdasarkan kepentingan mereka
daripada posisi tertentu yang sudah tetap. Kemudian melancarkan proses
kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak atau semua pihak.
d. Teori
identitas
Berasumsi
bahwa konflik disebabkan oleh identitas yang terancam, yang sering berakar pada
hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang tidak diselesaikan.
Sasaran : melalui fasilitas lokakarya dan
dialog antara pihak-pihak yang mengalami konflik, sehingga dapat
mengidentifikasi ancaman dan ketakutan di antara pihak tersebut dan membangun
empati dan rekonsiliasi di antara mereka.
e. Teori
kesalahpahaman antarbudaya
Berasumsi
bahwa konflik disebabkan oleh ketidakcocokan dalam cara-cara komunikasi di
antara berbagai budaya yang berbeda.
Sasaran : menambah pengetahuan kepada pihak
yang berkonflik mengenai budaya pihak lain, mengurangi streotip negatif yang
mereka miliki tentang pihak lain, meningkatkan keefektifan komunikasi
antarbudaya.
f. Teori
transformasi konflik
Berasumsi
bahwa konflik disebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan
yang muncul sebagai masalah sosial, budaya dan ekonomi.
Sasaran : mengubah struktur dan kerangka
kerja yang menyebabkan ketidaksetaraan dan ketidakadilan termasuk kesenjangan
ekonomi, meningkatkan jalinan hubungan dan sikap jangka panjang di antar pihak
yang berkonflik, mengembangkan proses dan sistem untuk mempromosikan
pemberdayaan, keadilan, perdamaian, pengampunan, rekonsiliasi, pengakuan.
2.3
Pengertian Konflik
Robbins
(1996) dalam “Organization Behavior” menjelaskan bahwa konflik adalah suatu
proses interaksi yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat
(sudut pandang) yang berpengaruh atas pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh
positif maupun pengaruh negative. Tentu saja ada konflik yang hanya dibayangkan
ada sebagai sebuah persepsi ternyata tidak riil. Sebaliknya dapat terjadi bahwa
ada situasi-situasi yang sebenarnya dapat dianggap sebagai “bernuansa konflik”
ternyata tidak dianggap sebagai konflik karena nggota-anggota kelompok tidak
menganggapnya sebagai konflik. Selanjutnya, setiap kita membahas konflik dalam
organisasi kita, konflik selalu diasosiasikan dengan antara lain, “oposisi”
(lawan), “kelangkaan”, dan “blokade”.
Di asumsikan pula bahwa ada dua fihak atau lebih yang tujuan atau kepentingannya tidak saling menunjang. Kita semua mengetahui pula bahwa sumberdaya dana, daya reputasi, kekuasaan, dan lain-lain, dalam kehidupan dan dalam organisasi tersedianya terbatas. Setiap orang, setiap kelompok atau setiap unit dalam organisasi akan berusaha memperoleh semberdaya tersebut secukupnya dan kelangkaan tersebut akan mendorong perilaku yang bersifat menghalangi oleh setiap pihak yang punya kepentingan yang sama. Pihak-pihak tersebut kemudian bertindak sebagai oposisi terhadap satu sama lain. Bila ini terjadi, maka status dari situasi dapat disebut berada dalam kondisi “konflik”. Bila kita mempersempit lingkungan organisasi maka dua orang pakar penulis dari Amerika Serikat yaitu, Cathy A Constantino, dan Chistina Sickles Merchant mengatakan dengan kata-kata yang lebih sederhana, bahwa konflik pada dasarnya adalah: “sebuah proses mengekspresikan ketidak puasan, ketidak setujuan, atau harapan-harapan yang tidak terealisasi”. Kedua penulis tersebut sepakat dengan Robbins bahwa konflik pada dasarnya adalah sebuah proses.
Bentuk Manifestasi Konflik
Konflik yang
terjadi dalam masyarakat ata dalam sebuah organisasi dapat bermanifestasi dalam
berbagai bentuk atau cara :
a.
Perselisihan (Dispute) : bagi kebanyakan orang awam, kata konflik biasanya
diasosiasikan dengan “dispute” yaitu “perselisihan” tetapi, dalam konteks ilmu
perilaku organisasi, “perselisihan” sebenarnya sudah merupakan salah satu dari
banyak bentuk produk dari konflik.Dispute atau perselisihan adalah salah satu
produk konflik yang paling mudah terlihat dan dapat berbentuk protes
(grievances), tindakan indispliner, keluhan (complaints), unjuk rasa
ramai-ramai , tindakan pemaksaan (pemblokiran, penyanderaan, dsb.), tuntutan
ataupun masih bersifat ancaman atau pemogokan baik antara fihak internal
organisasi ataupun dengan fihak luar adalah tanda-tanda konflik yang tidak
terselesaikan.
b. Kompetisi
(persaingan) yang tidak sehat. Persaingan sebenarnya tidak sama dengan konflik.
Persaingan seperti misalnya dalam pertandingan atletik mengikuti aturan main
yang jelas dan ketat. Semua pihak yang bersaing berusaha memperoleh apa yang
diinginkan tanpa di jegal oleh pihak lain. Adanya persaingan yang sangat keras
dengan wasit yang tegas dan adil, yang dapat menjurus kepada perilaku dan
tindakan yang bersifat menjegal yang lain.
c. Sabotase
adalah salah satu bentuk produk konflik yang tidak dapat diduga sebelumnya.
Sabotase seringkali digunakan dalam permainan politik dalam internal organisasi
atau dengan pihak eksternal yang dapat menjebak pihak lain. Misalnya saja satu
pihak mengatakan tidak apa-ap, tidak mengeluh, tetapi tiba-tiba mengajukan
tuntutan ganti rugi miliaran rupiah melalui pengadilan.
d.
Insfisiensi/Produktivitas Yang Rendah. Apa yang terjadi adalah salah satu fihak
(biasanya fihak pekerja) dengan sengaja melakukan tindakan-tindakan yang
berakibat menurunkan produktivitas dengan cara memperlambat kerja (slow-down),
mengurangi output, melambatkan pengiriman, dll. Ini adalah salah satu dari
bentuk konflik yang tersembunyi (hidden conflic) dimana salah satu fihak
menunjukan sikapnya secara tidak terbuka.
e. Penurunan
Moril (Low Morale). Penurunan moril dicerminkan dalam menurunnya gairah kerja,
meningkatnya tingkat kemangkiran, sakit, penurunan moril adalah juga merupakan
salah satu dari produk konflik tersembunyi dalam situasi ini salah satu fihak,
biasanya pekerja, merasa takut untuk secara terang-terangan untuk memprotes
fihak lain sehingga elakukan tindakan-tindakan tersembunyi pula.
f.
Menahan/Menyembunyikan Informasi. Dalam banyak organisasi informasi adalah
salah satu sumberdaya yang sangat penting dan identik dengan kekuasaan (power).
Dengan demikian maka penahanan/penyembunyian informasi adalah identik dengan
kemampuan mengendalikan kekuasaan tersebut. tindakan-tindakan seperti ini
menunjukkan adanya konflik tersembunyi dan ketidak percayaan (distrust).
Manajemen Konflik Yang Efektif
Manajemen konflik dimaksudkan sebagai sebuah proses terpadu (intergrated) menyeluruh untuk menetapkan tujuan organisasi dalam penanganan konflik, menetapkan cara-cara mencegahnya program-program dan tindakan sebagai tersebut maka dapat ditekankan empat hal :
Manajemen konflik dimaksudkan sebagai sebuah proses terpadu (intergrated) menyeluruh untuk menetapkan tujuan organisasi dalam penanganan konflik, menetapkan cara-cara mencegahnya program-program dan tindakan sebagai tersebut maka dapat ditekankan empat hal :
a. Manajemen
konflik sangat terkait dengan visi, strategi dan sistem nilai/kultur organisasi
manajemen konflik yang diterapkan akan terkait erat dengan ketiga hal tersebut.
b. Manajemen
konflik bersifat proaktif dan menekankan pada usaha pencegahan. Bila fokus
perhatian hanya ditujukan pada pencarian solusi-solusi untuk setiap konflik
yang muncul, maka usaha itu adalah usaha penanganan konflik, bukan manajemen
konflik.
c. Sistem
manajemen konflik harus bersifat menyeluruh (corporate wide) dan mengingat
semua jajaran dalam organisasi. Adalah sia-sia bila sistem manajemen konflik
yang diterapkan hanya untuk bidang Sumberdaya Manusia saja misalnya.
d. Semua
rencana tindakan dan program-program dalam sistem manajemen konflik juga akan
bersifat pencegahan dan bila perlu penanganan. Dengan demikian maka semua
program akan mencakup edukasi, pelatihan dan program sosialisasi lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar